Monday, January 13, 2014

Siasat Paulus Dalam Menyesatkan Kaum Nasrani

“Tanpa ajaran Paulus tidak ada agama Kristen” 

Ungkapan di samping, mungkin sangat sesuai untuk menggambarkan betapa pentingnya ajaran-ajaran Paulus di dalam agama Kristen. Ajaran-ajaran Paulus terdapat pada surat-surat kiriman yang ia tulis sekitar pertengahan tahun 40 hingga pertengahan tahun 60 (12-33 tahun setelah Yesus terangkat ke surga), yang kebanyakan surat-surat pribadi kepada jemaat-jemaat atau murid-muridnya.

Dasar ajaran-ajaran Kristen yang kita ketahui sekarang ini, semuanya berasal dari Paulus, seperti ajaran adanya dosa asal, ajaran Yesus sebagai inkarnasi Tuhan yang esa, ajaran penebusan dosa dengan tersalibnya Yesus, ajaran kejatuhan malaikat, dll. Sedangkan injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes, sekalipun dalam beberapa tempat memiliki kesamaan ajaran, namun hal tersebut lebih pantas disebut sebagai pengaruh dari ajaran Paulus, karena penulisan Injil-Injil tersebut ditulis belakangan setelah tersebarnya ajaran-ajaran Paulus. Paulus bukan orang yang beriman sejak awal Yesus mengabarkan Injil, Paulus adalah mantan penganiaya pengikut ajaran asli Yesus (kaum Nasrani). Tetapi Paulus juga bukan orang bodoh, yang berupaya menyesatkan kaum Nasrani tanpa siasat matang. Berikut ini adalah siasat-siasat Paulus dalam menyesatkan kaum Nasrani…

Siasat Pertama: Paulus Mengaku Bertobat

Kita saat ini, baik anda yang Islam maupun anda yang Kristen, mengetahui nama Paulus atau Saulus hanya bersumber dari kitab Para Rasul (yang karangan murid Paulus sendiri, Lukas) dan surat-surat kiriman Paulus sendiri. Di dalam dua kitab tersebut terdapat kisah pertobatan Paulus, yang jika kita cermati lebih teliti, akan kita temukan banyak sekali keganjilan-keganjilan, mari kita kaji ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah pertobatan Paulus tersebut.


Kisah Para Rasul 9:3-3 "Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia".

Kisah Para Rasul 9:3-4 "Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku ? ".

Kisah Para Rasul 9:3-5 "Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu".

Kisah Para Rasul 9:3-6 "Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat."

Kisah Para Rasul 9:3-7 "Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun".

Kisah Para Rasul 9:3-8 "Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik".

Kisah Para Rasul 9:3-9 "Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum".

Ketika Paulus menuju Damsyik bersama teman-temannya untuk menganiaya pengikut-pengikut Yesus, tiba-tiba muncul cahaya dari langit mengelilingi Paulus. Selama ini kita selalu berprasangka, bahwa cahaya melambangkan kebenaran dan langit melambangkan surga. Tapi dalam kasus Paulus, cahaya apakah yang turun dari langit?

Jika yang dimaksud cahaya di sana adalah berupa cahaya kebenaran, cahaya roh, atau cahaya iman…maka sangat mustahil cahaya tersebut dapat membuat Paulus terkapar di tanah dan buta matanya. Menurut saya, cahaya yang di maksud pada ayat di atas tidak lebih dari cahaya matahari (Paulus dan teman-temannya melakukan perjalanan ditengah hari, baca Kisah Para Rasul 22:6) yang begitu teriknya sampai membuat pingsan Paulus karena dehidrasi. Pendapat saya ini didukung dari penjelasan ayat lainnya yang juga 
mengisahkan kisah pertobatan Paulus, pada ayat tersebut (Kisah Para Rasul 22:9) disebutkan, orang yang melihat cahaya tersebut bukan hanya Paulus, namun juga teman-temannya, yang artinya, cahaya yang dilihat Paulus bukanlah cahaya rohani seperti cahaya kebenaran, cahaya roh, atau cahaya iman, karena bukan hanya Paulus yang melihatnya. Walaupun teman-teman Paulus juga melihat cahaya terang tersebut sama seperti Paulus, tetapi anehnya hanya Paulus seorang yang buta karena cahaya tersebut. 

Oleh karena itu, sangat mustahil paulus buta karena cahaya yang dia lihat bersama teman-temannya, pasti ada sebab lain yang membuatnya buta, dan kemungkinan terbesar penyebab kebutaan Paulus adalah karena dehidrasi dan terjatuh dari kuda saat dalam perjalanan ke Damsyik. Pertemuan dan percakapan Paulus dengan Yesus, mungkin juga muncul dari alam bawah sadar Paulus sendiri pada saat dirinya rebah ke tanah (pingsan), oleh karena itulah mengapa teman-teman Paulus tidak mendengar suara Yesus 

(Kisah Para Rasul 22:9).

Dalam ilmu Psikologi, bohong berdasarkan tipe manipulasi adalah bagaimana sebuah realitas dimanipulasi untuk menimbulkan sebuah kebohongan. Terdapat tiga kelompok kebohongan yang dapat dibuat, yakni pengingkaran, melebih-lebihkan, dan pemalsuan/penyembunyian. Masing-masing melakukan manipulasi berbeda terhadap realitas.

Kisah pertobatan Paulus di atas, termasuk kebohongan dalam kelompok / kategori melebih-lebihkan. Yaitu bohong yang dilakukan dimana pembohong (Paulus) melebih-lebihkan fakta yang sebenarnya atau memberi kesan lebih benar. Bagaimana kejatuhan Paulus dari kuda karena dehidrasi saat menuju ke Damysik, yang juga membuatnya buta sebagai sebuah realitas dimanipulasi sedemikian rupa oleh Paulus untuk menimbulkan sebuah kebohongan seperti melihat cahaya terang, rebah di tanah, dan bercakap-cakap dengan Yesus. 

Kebohongan Paulus tersebut juga dapat kita lihat dari ayat-ayat yang saling bertentangan, Kisah Para Rasul 9:7 menyatakan, teman-teman Paulus mendengar suara Yesus, tetapi menurut Kisah Para Rasul 22:9 teman-teman Paulus tidak mendengar suara Yesus. Nah, bagaimana mungkin kedua ayat yang sama-sama menceritakan pertobatan Paulus yang juga terdapat pada kitab yang sama, terdapat kisah yang saling bertentangan?


Siasat Kedua: Paulus Mengajarkan Dosa Asal

Setelah Paulus diterima sebagai orang yang bertobat dan dapat meyakinkan sebagian orang bahwa dirinya adalah rasul Yesus yang tidak kurang dari rasul-rasul Yesus lainnya. Hal pertama yang diajarkannya adalah mengenai adanya dosa asal, yaitu dosa yang muncul dari kedurhakaan manusia pertama di eden dan “mewariskan” dosanya tersebut kepada anak cucunya. Ajaran Paulus mengenai dosa asal ini, tidak pernah dijumpai dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab para Nabi dan ajaran Yesus sendiri. 

Ajaran mengenai dosa asal ini dapat kita baca dalam surat-surat kiriman Paulus, sebagai berikut;

Roma 5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

Roma 5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

Roma 5:17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

1Korintus 15:22 Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Dalam ajaran Paulus, manusia pertama Adam, dijadikan hidup kekal sebagaimana Malaikat hidup kekal dan tinggal di taman Eden. Yang membuat adam kehilangan kekekalan dirinya ialah pelanggaran adam terhadap larangan memakan buah, yang berasal dari pohon yang tumbuh ditengah taman atas bujukan istrinya, Hawa atas bujukan ular. 

Pelanggaran Adam dan Hawa tersebut tidak hanya berdampak pada diri mereka, namun juga berimbas kepada anak-cucu mereka kelak. Dampak dosa adam inilah yang disebut Paulus sebagai membawa maut atau mati, walaupun pada kenyataannya, orang-orang Kristen yang konon telah tertebus dosanya dengan disalibnya Yesus, tidak pernah dapat hidup kekal atau abadi, keadaan mereka sama saja dengan orang yang mati karena belum tertebus. Sebagaimana dosa dalam hukum Taurat yang harus ditebus dengan korban 
bakaran, dosa asal juga perlu adanya korban tebusan, tetapi korban tebusan yang dapat menghapus dosa asal bukanlah korban tebusan yang diminta oleh hukum Taurat. 

Paulus menyatakan, korban tebusan yang di minta oleh hukum Taurat tidaklah cukup manjur untuk menghapus dosa asal (Ibrani 10:11). Untuk mengetahui lebih dalam apa dan bagaimana dosa asal.

Bagi orang-orang yang telah terperdaya oleh omong kosong Paulus, ajaran dosa asal di atas telah menghancur-leburkan harapan mereka terhadap sebuah pengampunan. Di saat semua orang merasa kalut, cemas, dan khawatir tidak akan memperoleh keselamatan, Paulus datang dengan sebuah harapan baru akan penebusan dosa, tebusan tersebut hanya terjadi satu kali untuk selamanya, tidak seperti penebusan dosa dalam Taurat yang harus dilakukan tiap setahun sekali (Roma 6:10). Maka, demi sebuah keselamatan, 
orang-orang ini, suka atau tidak suka, harus menerima siasat penyesatan Paulus selanjutnya.

Siasat Ketiga: Paulus Mengajarkan Yesus Adalah Tuhan dan Penebus

Dalam siasat terakhir ini, Paulus mengajarkan Yesus adalah inkarnasi Tuhan yang esa yang sekaligus sebagai penebus bagi dosa manusia. Paulus bukanlah orang yang pernah bertemu dan mendengar ajaran Yesus, namun demikian, Paulus sangat berani mengaku sebagai rasul Yesus dan mengatakan suatu hal tentang Yesus, yang Yesus sendiri tidak pernah mengatakannya. Ajaran Paulus tentang Yesus dapat kita temukan dalam banyak surat-suratnya, diantaranya;

Yesus mati dan bangkit

Roma 1:4 dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Roma 4:24 tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,

Roma 4:25 yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.

Roma 8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.

Roma 8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

Roma 10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

2Korintus 4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

Galatia 1:1 Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,

1Tesalonika 1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

1Tesalonika 4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

2Tim 2:8 Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.

Yesus menebus dosa

1Korintus 1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.

Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Galatia 4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

Ibrani 9:15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.

Yesus adalah Allah

Filipi 2:5-8 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Menurut ajaran Paulus, Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus harus merendahkan diri sebagai manusia, melepaskan kesetaraannya dengan Allah untuk menebus dosa manusia dengan cara mati di kayu salib, menjadi kutuk Taurat dan bangkit. Tuhan dalam Perjanjian Lama yang tidak memaafkan kesalahan manusia kecuali ada sebuah penebusan terlebih dahulu, digunakan oleh Paulus untuk semakin menyesatkan kaum Nasrani. Oleh karena dalam hukum Taurat terdapat hukum-hukum yang tidak semuanya dapat dijalankan dan berakibat dosa kepada orang Israel, maka Paulus menyebut hukum Taurat sebagai sumber dosa, Taurat hanya dianggap sebagai kutuk oleh Paulus. 

Agar manusia selamat dari dosa atau kutuk Taurat ini, mereka harus mengakui dengan mulut Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati, bahwa Allah telah membangkitkan Yesus. 

Tentu saja, syarat keselamatan yang demikian keluar hanya dari mulut Paulus, Yesus tidak pernah mengatakannya.

Note:
Seorang Kristen mungkin akan complain dengan mengatakan; “tidak mungkin Paulus berpura-pura bertaubat agar dapat menyesatkan kaum Nasrani. Karena Paulus dalam mengabarkan Injil rela dipenjara, dianiaya, dan sampai harus mati. Tidak mungkin seorang yang berbohong dan penyesat rela diperlakukan demikian.”

Saya jawab; “Derita Paulus dalam mengabarkan Injil sama sekali tidak dapat dijadikan bukti yang dia sampaikan adalah BENAR! Mengapa demikian? 

Karena terkadang orang mau melakukan sesuatu walaupun keuntungan dari perbuatannya tidak sebanding dengan resikonya. Contoh: para pengedar narkoba sangat tahu, bahwa hukuman mati untuk mereka jika sampai tertangkap Polisi, hasil dengan resikonya pun tidak sebanding, namun mereka tetap saja mengedarkan narkoba. Apakah pengedar narkoba dapat dikatakan 
sebagai orang yang benar hanya karena rela menerima hukuman berat? Tentu tidak, bukan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.