Sunday, November 10, 2013

Bibel



Daftar isi 
1 Mendukung Al Qur'an
2 Mengkritik Alkitab
3 Bucaillism
4 Sanggahan
5 Referensi
6 Pranala luar

Mendukung Al Qur'an

Bucaille percaya bahwa pemerian Qur'an mengenai gejala-gejala alamiah membuatnya kompatibel dengan ilmu pengetahuan modern. Bucaille menyimpulkan bahwa Qur'an adalah perkataan-perkataan Allah.

Di antara tulisannya ialah:

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan." [QS 27:88]

Bucaille menjelaskan bahwa ternyata gunung-gunung bersama dengan lempeng bumi bergerak. Jadi ayat Al Qur'an di atas sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Bucaille juga menjelaskan bahwa ayat Al Qur'an di bawah yang menyatakan bahwa Allah menyelamatkan badan Fir'aun hingga bisa dilihat manusia saat ini sesuai dengan kenyataan:

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu" [QS 10:92]

Ada yang menulis bahwa "Ternyata para ahli menemukan garam di dalam badan Fir'aun yang menunjukkan bahwa Fir'aun memang pernah tenggelam. Jenazah Fir'aun/Mumi bisa dilihat manusia hingga saat ini". Namun, hal ini tidak dapat dibuktikan karena sampai sekarang belum dapat dipastikan siapa Fir'aun yang memerintah pada zaman Musa. Di Alkitab tidak disebutkan bahwa badan Fir'aun diselamatkan Tuhan.[2]

Mengkritik Alkitab

Menurut Bucaille, terdapat kesalahan-kesalahan ilmiah monumental dalam Alkitab dan tidak ada satu kesalahanpun dalam Qur'an. Bucaille berpendapat bahwa Perjanjian Lama telah dikacaukan karena berbagai terjemahan dan koreksi ketika disampaikan dari mulut ke mulut secara lisan. Ia menekankan, dalam kata-katanya, “berbagai ketidakcocokan dan pengulangan”, dalam Perjanjian Lama dan Injil-injil. Dalam analisisnya, Bucaille mengklaim ia menggunakan banyak pendapat-pendapat kritik Alkitab, seperti hipotesis dokumen.

Bucaillism

"Bucaillism" adalah istilah yang digunakan oleh akademika untuk gerakan yang mengkaitkan ilmu pengetahuan modern dengan agama, khususnya Islam.[3] Sejak penerbitan The Bible, the Quran and Science, para pengikut Bucaillism, yang dikenal sebagai "Bucaillists", telah mempromosikan ide bahwa Qur'an mempunyai asal ilahi, dengan pendapat bahwa kitab itu mengandung fakta yang benar secara ilmiah.[4][5]

Sanggahan

Pendangan Maurice Bucaille yang mencocokkan fakta dengan agama ("concordist theories") menghadapi sejumlah kritikan. William F. Campbell menyatakan bahwa Maurice Bucaille tidak mengevaluasi Qur’an dengan standar yang sama dengan yang dipakainya untuk menilai Alkitab. Sesungguhnya, Bucaille menuntut agar Alkitab sesuai dengan bahasa ilmiah abad ke-20, sedangkan ia menerima bahwa Qur’an tidak ditulis dengan semangat ilmiah yang demikian, karena Qur’an, menurut tulisannya: “dinyatakan dalam bahasa yang sesuai untuk petani atau pengelana di semenanjung Arab”.[6] Dengan demikian, ia mengklaim Bucaille tidak obyektif.[7]


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.